Kalau ada yang mau wisata ke Malang, saya ingatkan jangan sampai lupa mampir ke pulau yang satu ini. Pulau sempu di perairan selatan pulau jawa ini juga disebut sebagai Phi Phi island nya Indonesia. Tebing-tebing yang menjulang laksana pagar yang membentuk kolam pribadi. Cantik banget! Berbekal informasi seadanya, saya dan dua teman nekat melanjutkan perjalanan dari Bromo ke pulau sempu. Dimulai dari terminal Arjosari, kami naik angkot berkode AG menuju gadang. Rute yang berputar membuat waktu perjalanan semakin panjang, sekitar satu setengah jam kemudian kami sampai Gadang. Dilanjutkan menaiki bis dari Gadang menuju Turen selama satu jam. Lalu menaiki mini bus selama satu jam menuju pantai Sendang Biru. Pantai ini merupakan pelabuhan menuju pulau Sempu. Sialnya kami yang kesiangan harus melalui perjalanan yang melelahkan dan mengeluarkan biaya yang bengkak. Mini bus di Turen yang kami naiki merupakan mini bus terakhir hari itu. Jadi, sehari hanya tiga mini bus yang beroperasi sampai jam 3 sore dan bakalan ngetem sampai kursi penumpang penuh. Kami yang diburu waktu akhirnya harus membayar ongkos hampir 4 kali lipat dari biasanya. Seharusnya hanya 15 ribu jadi 55 ribu per orang agar mini bus ini mau langsung jalan. Dianjurkan untuk berangkat pagi agar menghemat biaya perjalanan.
Senja di Sendang Biru |
Kami para gadis kece :p bermodal nekat, berkenalan di mini bus dengan
seorang pria yang mengaku pemandu wisata di pulau Sempu. Namanya mas
Tofa. Dia menawarkan diri untuk memandu kami sampai ke Sempu. Jadi kami
harus melewati rute sebagai berikut ->> Pantai Sendang Biru >
naik kapal 15 menit menuju pulau Sempu > Trekking hutan
lembab selama kurang lebih 2,5 jam > sampailah di pantai Segara Anakan. Kami sempat bimbang memilih menyusuri hutan lembab di malam hari bersama lelaki yang baru dikenal lalu menginap di Segara Anakan, atau menginap semalam di Sendang Biru lalu berangkat pagi-pagi ke Sempu dan langsung balik lagi mengejar jadwal kereta. Namanya juga GBN (Gadis Bermodal Nekat), kami memilih opsi pertama. Jadilah jam setengah enam sore kami menyeberangi laut menuju pulau Sempu. Sebelumnya kami menyewa tenda seharga 50 ribu di tempat kenalan mas Tofa dan membayar biaya administrasi sebesar 20 ribu rupiah. Pukul 6 sore kami mulai trekking berlima (Saya, dua teman, mas Tofa, dan temannya mas Tofa). Tanahnya sangat lembab dan berlumpur. Disarankan memakai sepatu trekking atau sendal gunung, haram hukumnya pakai sendal jepit apalagi sepatu gaya-gayaan. Karena keterbatasan jarak pandang dan senter, hampir semua dari kami merasakan kejeblos di lumpur. Kendala tersebut juga menyebabkan semakin panjangnya perjalanan kami. Setelah 3,5 jam sampailah kami di Segara Anakan. Terima kasih Ya Allah :').
Penampakan jalur trekking saat pagi dan saat cuaca cerah |
Taburan bintang di langit menyambut kedatangan kami. Langsung saja tenda dipasang untuk istirahat dan menanti mentari tiba. Paginya kami langsung diajak mas Tofa menaiki tebing untuk melihat perairan samudera Hindia. Subhanallah... rasanya mistis banget lihat ombak basar menabrak tebing-tebing tinggi byaaaar byaaar....
Samudera Hindia |
Akhirnya matahari mulai menyebarkan sinarnya, Segara Anakan layaknya kolam pribadi bagi kami karena saking sepinya. Jam main air sudah dimulai, Yippie! Sunblock mana sunbloooock??!?!
Airnya jernih, ikannya banyak, karangnya cantik, pasirnya putih, tapiiiiiiii keindahan itu harus dirusak oleh sampah-sampah dari pengunjung yang berserakan. Sayang banget ya.. Seandainya pengelolaan wisata Sempu bisa sekelas Phi phi island, pasti mantap deh! Yaudahlah enggak usah banyak ngeluh, mending main aja yuks byuuuur.....
Mas Tofa yang paling kiri |
Pukul setengah sepuluh saatnya kembali ke realita. Bersusah payah lagi melewati lika-liku hutan yang ternyata banyak monyetnya itu. Maklum, karena semalam gelap banget jadi baru sadar kalau hutan ini banyak monyet, buah-buahan, dan juga jurang! Oh iya, mas Tofa yang berpenampilan garong ini hatinya bagai malaikat loh. Baiiiiik banget. Siapapun jangan ragu cari mas Tofa di lingkungan Sendang Biru. Recommended banget deh mas-mas yang satu ini. Kita enggak punya air eh dikasihin, tas dibawain, es kelapa dibeliin, kurang apa coba baiknya? Walau cuma sesaat, kebaikan mas Tofa dan kawannya enggak akan terlupakan oleh kami. Bahagia selalu untuk mas-mas super dari Sendang Biru! Amin!
Dari pengalaman berharga ini, saya mau share apa aja yang harus dibawa dan berapa budget yang diperlukan. Check it out!
Barang yang dibawa:
- Tas ransel
- Baju Ganti
- Sepatu trekking atau sendal gunung
- Bawa sepatu atau sendal cadangan (jaga-jaga kalau putus atau jeblos di lumpur)
- Air (bawa yang banyak, karena disana enggak ada sumber air minum)
- Tenda (bisa juga sewa di Sendang Biru seharga 50-75ribu)
- Makanan secukupnya
- Senter (just in case)
Nah, ini biaya perjalanan dari terminal Arjosari sampai terminal Arjosari lagi:
Perihal
|
Biaya
|
Angkot dari Arjosari ke Gadang
|
Rp. 3.000
|
Bis ke Turen
|
Rp. 5.000
|
Mini Bus ke Sendang Biru
|
Rp. 15.000
|
Administrasi
|
Rp.
20.000
|
Sewa Tenda (bisa bawa sendiri)
|
Rp. 50.000
|
Guide
|
Rp. 150.000
|
Sewa Perahu (PP)
|
Rp. 100.000
|
Mini Bus ke Turen
|
Rp. 15.000
|
Bis ke Gadang
|
Rp.
5.000
|
Angkot ke Arjosari
|
Rp.
3.000
|
Total
|
Rp.
366.000
|
Alhamdulillah, terima kasih mas wisnu :)
ReplyDelete