"The average person uses 10 % of their brain capacity. Today she will hit 100 %"
Tagline Lucy memang sangat menjual. Saya saja mau menonton Lucy karena membaca tagline-nya yang sukses buat saya penasaran. Terlebih setelah melihat genrenya Actions - Scifi - Thriller
benar-benar membuat saya makin berekspektasi besar. Lalu bagaimana
setelah menonton? Sayangnya saya harus terjatuh dari ekspektasi yang
terlampau tinggi dan tak bisa bangkit lagi #eh! Sang sutradara, Luc
Besson sepertinya ingin semua ide yang ia miliki masuk kedalam film yang
hanya berdurasi 89 menit ini. Alhasil, beberapa ide itu justru tidak
tereksplore dengan baik.
Dari
yang saya lihat, ada 2 fokus utama dalam film Lucy yang dirilis 25 Juli
2014 lalu. Pertama, gambaran bagaimana bila kapasitas otak manusia
dimaksimalkan hingga 100 persen. Kedua adalah bagaimana penjelasan
ilmiah evolusi manusia dari yang kapasitasnya hanya sekian persen sampai
100 persen. Jujur saya lebih suka ide yang pertama. Dengan ide pertama,
Lucy saya bayangkan penuh dengan adegan action seperti Iron Man
atau Limitless. Ide kedua juga bagus, membuat saya teringat The Curious
Case of Benjamin Button. Seandainya kedua ide ini dipisah dan lebih
dimaksimalkan ceritanya, saya yakin pasti bagus!
Cerita
berawal ketika Lucy (Scarlett Johansson) yang menetap di Taipei,
dimintai tolong cinta satu malamnya untuk mengantarkan koper perak ke
Mr. Jang (Choi Min Sik). Wow, Choi Min Sik ssi loh, daebak!
Mr. Jang ini adalah bos mafia Korsel yang bergelut di dunia obat-obatan
terlarang. Isi dari koper perak itu ternyata berisi 4 bungkus bubuk
berwarna biru keunguan yang mampu meningkatkan kapasitas otak manusia.
Agar penyeludupan obat ini berjalan lancar, Mr. Jang menanamkan keempat
bungkus obat tersebut di dalam 4 perut orang asing, termasuk Lucy.
Sialnya (atau untungnya ya?) Lucy kebagian bungkus obat yang sudah
terbuka. Jadilah obat itu mengalir di darahnya dan mulai memasuki
otaknya. Secara bertahap, kapasitas otak Lucy semakin meningkat. Ia bisa
mengatur metabolisme tubuhnya sendiri dan bahkan orang lain. Lucy juga tidak lagi
mampu merasakan sakit atau takut, intinya sisi kemanusiaannya sudah
lenyap.
Tak
ingin tinggal diam, Lucy minta tolong dokter ahli saraf Samuel Norman
(Morgan Freeman) dan kapten polisi Paris Pierre Del Rio (Amr Waked)
untuk membantu memusnahkan obat berbahaya itu. Di sisi lain Mr. Jang
terus mengincar Lucy yang sudah mengacaukan bisnis obat-obatannya.
Mampukah asa Lucy terpenuhi? Atau tujuan Mr. Jang yang akan tercapai?
Yah... pokoknya begitu deh hahahahaha....
Dari
awal, Lucy menyajikan jalan cerita yang tergolong cepat. Karakter di
dalam film hanya diperkenalkan sekedarnya saja. Saya agak kaget waktu
lihat ada Choi Min Sik di sini. Berharap penampilannya akan sesadis di I Saw The Devil, tapi dia malah terkesan sadisnya malu-malu di balik
tembok. Buat yang nunggu adegan action atau thriller-nya, sabar yaaaaa... Ada, tapi sedikiiiiiit banget. Kalau mata enggak awas bisa kelewatan loh, hahahahah Lebay!
Terlepas dari review saya di atas bukan berarti Lucy tidak layak ditonton. Cerita sci-fi selalu menarik untuk diikuti. Hanya saja kemasan Lucy terasa kurang rapi, sehingga sulit untuk dinikmati bagi saya pribadi. Akhir kata, Sekian dan Terima Kasih :p
No comments:
Post a Comment