Tahun 2014 sepertinya menjadi tahun baik untuk film-film adaptasi novel young-adult dengan tema dystopian. Sebut saja seperti sekuel The Hunger Game dan Divergent yang sukses menyedot minat penonton Indonesia. The Maze Runner tidak mau ketinggalan. Mengadaptasi novel trilogi James Dashner yang mulai terbit 2009 silam, The Maze Runner mengajak penonton menyusuri lika liku labirin yang sangat besar. Cerita berawal saat Thomas (Dylan O'Brien) terbangun tanpa ingat apa pun di sebuah tempat berdinding tinggi yang dinamai The Glade. Di sana terdapat puluhan remaja lelaki yang juga tak ingat apa-apa. Mereka bertahan hidup dari kiriman kotak makanan plus anggota baru yang dikirim setiap bulan oleh someone named W.C.K.D.
Dalam komunitas tersebut ada kelompok yang disebut The Runners. Setiap pagi, pintu di dinding tinggi yang mengitari The Glade akan terbuka lalu menutup kembali ketika senja. Saat itulah The Runners akan masuk ke labirin dan mulai memetakannya. Ketua The Runners, Minho (Lee Ki Hong) sudah memetakan labirin selama tiga tahun. Tapi setiap malam dinding labirin akan bergeser, sehingga jalur akan terus berubah. Terlebih ada makhluk setengah hewan setengah robot yang diberi nama The Griever, selalu muncul di malam hari. Namun rasa ingin tahu Thomas tidak surut. Ia nekat menyusul Minho dan Alby (Aml Ameen) sang ketua The Glade yang terluka parah di dalam labirin. Semalaman mereka harus melarikan diri dari serangan The Griever. Mengandalkan otak cerdasnya, Thomas berhasil membuat satu griever tergencet dinding yang sedang berubah. Mereka bertiga pun berhasi kembali ke The Glade dengan selamat.
Akibat kejadian itu mala petaka dimulai. Tiba-tiba ada kiriman berisi wanita bernama Teresa (Kaya Scooelario) membawa kertas bertuliskan "She's the last one ever" yang artinya pasokan makanan tidak akan ada lagi. Tak hanya itu, pintu di dinding sekitar The Glade tidak lagi menutup. Bila malam tiba, para Griever bisa saja menerkam mereka. Di balik carut marut itu ada petunjuk yang bisa membawa mereka keluar The Glade. Yaitu fakta bahwa Teresa mengingat nama Thomas dan ia membawa dua botol berisi cairan yang bisa memulihkan ingatan. Selain itu, di dalam tubuh griever yang mati terdapat tabung yang bisa menjadi kunci pintu keluar labirin. Setelah The Glade hancur diserang griever, mereka memutuskan untuk masuk ke labirin melawan para griever dan mencari pintu keluar. Berhasilkah mereka? berhasil doooonk hahahahaa :p
Melihat sekumpulan remaja gagah ini saya sudah mencium kemunculan wanita nantinya. Benar saja, di paruh film muncul sosok Teresa yang entah mengapa mirip-mirip Bella Swan Twilight. Untungnya tidak ada romansa ala Twilight di sini. Justru Teresa hadir membawa petunjuk bak Blue di Blue's Clues hehehe.. Dari awal, Wes Ball, sang sutradara menyajikan alur yang cepat seperti alur dalam novelnya. Penonton seolah diseret untuk mengikuti cerita yang tancap gas. Perlahan tapi pasti, fakta-fakta baru akan bermunculan. Hal ini tidak mengherankan karena ada seri prekuel novelnya yang bakal hadir belakangan. Selama 113 menit, penonton akan merasakan adrenaline rush di setiap scene kejar-kejaran sama The Griever. Saking cepatnya alur, beberapa karakter dalam The maze Runner dirasa kurang tergali. Semoga di sekuel berikutnya bisa lebih kuat lagi pendalaman per karakter. Bicara soal karakter, ada satu orang yang bikin saya dan teman saya ngomongin dia mulu. Adalah Newt (Thomas Brodie-Sangster) si wakilnya Alby yang super duper bijak. Di balik wajah bocahnya, Newt punya karakter yang dewasa, bijak, tapi tetap imut. Dia ini tipe-tipe pelerai perkelahian dalam buku PPKN lah hahahaa...
Si Bijak Newt |
No comments:
Post a Comment